cerita miris

Masa SMA memang penuh dengan banyak cerita indah dan lucu-lucu. Saya jadi teringat dengan beberapa teman sekelas dulu, yang terdiri dari beberapa anak cowok yang terkenal dengan usilnya, tentu saja saya salah satu diantaranya. Diantara teman-teman itu, saya memiliki seorang sahabat yang bernama Rizal, dia cukup pandai dan menjadi rival saya dalam beberapa mata pelajaran. Walau bandel, kami tidak pernah lupa untuk belajar. Rizal dan saya sering diajak teman-teman untuk belajar bersama. Kami memang senang, namun saya dan Rizal kadang kesal karena ulah teman-teman yang sering mengotori kamar kost kami. Belum lagi mereka sering menghabiskan persediaan makanan dan minuman kami.

Pada suatu hari saya dan Rizal menyusun rencana untuk mengerjai mereka. Kebetulan saja saat itu lagi heboh-hebohnya anak sekolahan bermain Jalangkung. Dari sini ide kami bermula. Saya menyebarkan isu kalau Rizal mempunyai kelebihan dapat memanggil arwah dan dapat ditunjukan kepada orang lain. Tentu saja berita ini menjadi heboh di kelas, bahkan sampai terdengar di kelas yang lain. Pucuk dicinta, tanpa perlu usaha keras kelompok teman-teman yang usil merasa panasaran dan memaksa saya untuk mengajak Rizal mempertontonkan kehebatanya. Permintaan merekapun kami turuti. Dengan syarat harus membawa kemenyan, minyak goreng dan kembang (bunga) dengan 3 warna berbeda. Merekapun menyanggupinya.

Hari itu, saya lebih awal datang ke kost Rizal. Kami menyiapkan beberapa peralatan. Antara lain sebuah kaleng yang sudah kami asapi/bakar dengan lilin agar supaya dibagian bawah kaleng itu berwarna hitam (proses Pirolisis). Setelah itu, kami lalu menyembunyikanya di tempat yang aman.

Setelah menunggu beberapa jam, rombonganpun datang dengan membawa semua persyaratan yang kami minta. Jam sudah menunjukan pukul 9 Malam, saat aksi kami dimulai. Semua harus duduk bersila dan membentuk setengah lingkaran, sementara sang dukun gadungan (Rizal) duduk bersila di depan mereka. Saya berperan sebagai asisten pada saat itu. Lampu kemudian dimatikan. Suasana kamar hanya diterangi sebuah lilin kecil. Rizalpun kemudian meminta saya membawa kaleng yang sudah disiapkan tadi dan ditempatkan di tengah-tengah. Dengan hati-hati saya membawany amasuk agar tidak terlihat bagian bawah kaleng yang sudah hitam pekat. Lalu kemudian Rizal memasukan sedikit air dan dicampur minyak goreng kedalam kaleng itu. Setelah mengucapkan matra yang tidak jelas (entah dari mana Rizal mempelajarinya) dia lalu memasukan kembang 3 warna ke dalam kaleng tersebut. Gerombolan usil kelihatan sangat serius mengikuti prosesi tersebut.

Acara intipun tiba, Rizal meminta mereka untuk memejamkan mata kemudian memasukan kedua tangan mereka secara bergantian kedalam kaleng yang sudah bercampur air, minyak dan kembang tadi (tentu saja tangan dan jari mereka terasa lengket karena minyak goreng). Setelah itu (masih dalam posisi merem) Rizal meminta mereka untuk mengusapkan bagian bawah kaleng dengan kedua tangan mereka, Setelah itu secara bersamaan mengusapkan ke wajah berkali-kali agar merata. Pada saat diusap ke muka mereka, segera saja Rizal mematikan lilin. Dalam kegelapan kamar, Rizal berkata cara tadi untuk mempermudah mereka melihat Setan. Dan dia berpesan apabila waktunya tiba nanti, semua tidak boleh panik dan tidak boleh ribut. Kesunyian pun mulai terasa kira-kira semenit lewat. Saat itu saya dan Rizal sudah lenyap dari kamar, kami kemudian nongkrong di sebuah warung nasi kucing yang tak jauh dari kost Rizal. Kira-kira 15 menit kami di sana, terlihat dari kejahuan gerombolan usil itu berlari mengejar dan memaki-maki kami. Muka mereka hitam sekali, seperti tentara yang hendak berperang dan menyamarkan diri. Ternyata setan yang ingin mereka lihat adalah diri mereka sendiri. Kami berdua tertawa kepingkal-pingkal namun tetap saja harus menyerahkan wajah kami juga untuk dihintamkan gerombolan usil itu dengan sisa bekas hitam di tangan mereka
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul cerita miris. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://ceritahantuindo.blogspot.com/2012/05/cerita-miris.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Ako Ambardi -

Belum ada komentar untuk "cerita miris"

Posting Komentar