Perkenalkan, namaku Eri. Ini cerita pertamaku di sini. Kisah yang aku
tulis ini bedasarkan pengalaman dari Tanteku, tepatnya 3 tahun yang
lalu. Rumah kami terletak di daerah Malang.
Tanteku (sebut saja "Selvy") tinggal di rumah kosong yang terletak di sebelah rumahku. Rumah itu memang sudah lama tidak berpenghuni dan akhirnya dibeli oleh orang tuanya. Dia tinggal di Malang karena orang tuanya berpindah dari satu kota ke kota lain (dinas) dan dia memutuskan untuk menempati rumah itu. Daripada tinggal sendiri, maka aku disuruh oleh omaku untuk menemani tanteku untuk tidur malam di situ karena di siang hari ada pembantu yang menemani dia. Maklum, ibunya tante Selvy dan omaku bersaudara dan Tante Selvy sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
Waktu itu tante Selvy masih kelas 3 SMA dan aku masih duduk di kelas 2 SMP. Suatu malam, sebelum tidur tante Selvy ngomong ke aku "Eri, nanti malam tante mau sholat tahajud berhubung tante sudah mau Ujian Nasional, semoga tante diberi kemudahan dalam kelulusannya". Akupun mengangguk. Sudah biasa sebenarnya, kalau sudah menghadapi Ujian Nasional, murid-murid kelas 3 berubah menjadi sangat alim dan tobat` (ini termasuk Tante Selvy, biasanya dia suka keluyuran sama teman daripada belajar di rumah).
Setelah mematikan lampu, kami pun beranjak tidur. Tepat jam setengah 3 pagi, alarm Tante Selvy berbunyi. "Sudah mau sholat tahajjud dia," pikirku. Kamar tidur kami memiliki satu kamar mandi yang cukup luas. Tante Selvy pun segera mengambil wudhu dan menyiapkan alat sholat dan sajadahnya. Yang aku heran, kenapa dia harus sholat tepat di depan pintu kamar mandi (kamar mandi terletak di belakangnya). Dan di depan Tante Selvy terdapat cermin antik berbentuk oval, ukurannya pun lumayan besar. Aku kembali melanjutkan tidurku karena memang terlalu capek berkegiatan di sekolah.
Tante Selvy pun mengucapkan niat sholat tahajudnya. Akan tetapi, mendadak terdengar suara gemuruh yang berasal dari dalam kamar mandi. Suaranya terdengar seperti botol-botol sabun mandi yang terjatuh. Karena dia berpikir bahwa itu ulah tikus, dia membuka pintu kamar mandi dan mengecek ulang. Ternyata tidak ada yang jatuh, semua barang ada pada posisinya.
Berpikir bahwa itu hanyalah sebuah halusinasi, Tante Selvy pun melanjutkan sholat Tahajjudnya. Ketika dia hendak melakukan takbir, sekejap bulu kuduknya berdiri. Alangkah kagetnya ia ketika melihat bayangan orang besar bermata merah berdiri di belakangnya (bayangannya terpantul di cermin sehingga tanteku mampu melihatnya). Tante Selvy berusaha menghiraukannya dan dia melakukan sujud sambil ber-istighfar dalam hati.
Ketika dia hendak berdiri lagi setelah sujud, dia dikejutkan kembali oleh kehadiran sepasang kaki tak berbadan, berjalan tepat di depan matanya. Air mata Tante Selvy mulai menetes karena dia sangat ketakutan. Ia segera menyelesaikan sholat tahajjudnya dan beranjak ke tempat tidur sambil melafadzkan surat-surat Al-Qur`an yang dia ketahui.
Pagi harinya ketika aku terbangun, Tante Selvy menceritakan semua yang terjadi padanya semalam. Dia juga bercerita bahwa ketika dia hendak membangunkanku, ada bayangan orang besar yang berdiri tepat di sebelahku yang tertidur. Kemudian, di hari-hari berikutnya, kalau Tante Selvy sedang sholat tahajjud, aku pun bangun dan menemaninya untuk sholat.
Sekarang, Tante Selvy sudah lulus dan melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Akupun masih tinggal di Malang (sekarang duduk di kelas 2 SMA) dan masih teringat tentang Rumah Sebelah. Sampai saat ini, gangguan di Rumah Sebelah masih berlanjut meskipun sudah diadakan pembacaan doa. Aku berpendapat bahwa mereka sudah betah tinggal di sana dan tak mau diusir. Semoga keberadaan mereka tidak mengusik kami.
Tanteku (sebut saja "Selvy") tinggal di rumah kosong yang terletak di sebelah rumahku. Rumah itu memang sudah lama tidak berpenghuni dan akhirnya dibeli oleh orang tuanya. Dia tinggal di Malang karena orang tuanya berpindah dari satu kota ke kota lain (dinas) dan dia memutuskan untuk menempati rumah itu. Daripada tinggal sendiri, maka aku disuruh oleh omaku untuk menemani tanteku untuk tidur malam di situ karena di siang hari ada pembantu yang menemani dia. Maklum, ibunya tante Selvy dan omaku bersaudara dan Tante Selvy sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
Waktu itu tante Selvy masih kelas 3 SMA dan aku masih duduk di kelas 2 SMP. Suatu malam, sebelum tidur tante Selvy ngomong ke aku "Eri, nanti malam tante mau sholat tahajud berhubung tante sudah mau Ujian Nasional, semoga tante diberi kemudahan dalam kelulusannya". Akupun mengangguk. Sudah biasa sebenarnya, kalau sudah menghadapi Ujian Nasional, murid-murid kelas 3 berubah menjadi sangat alim dan tobat` (ini termasuk Tante Selvy, biasanya dia suka keluyuran sama teman daripada belajar di rumah).
Setelah mematikan lampu, kami pun beranjak tidur. Tepat jam setengah 3 pagi, alarm Tante Selvy berbunyi. "Sudah mau sholat tahajjud dia," pikirku. Kamar tidur kami memiliki satu kamar mandi yang cukup luas. Tante Selvy pun segera mengambil wudhu dan menyiapkan alat sholat dan sajadahnya. Yang aku heran, kenapa dia harus sholat tepat di depan pintu kamar mandi (kamar mandi terletak di belakangnya). Dan di depan Tante Selvy terdapat cermin antik berbentuk oval, ukurannya pun lumayan besar. Aku kembali melanjutkan tidurku karena memang terlalu capek berkegiatan di sekolah.
Tante Selvy pun mengucapkan niat sholat tahajudnya. Akan tetapi, mendadak terdengar suara gemuruh yang berasal dari dalam kamar mandi. Suaranya terdengar seperti botol-botol sabun mandi yang terjatuh. Karena dia berpikir bahwa itu ulah tikus, dia membuka pintu kamar mandi dan mengecek ulang. Ternyata tidak ada yang jatuh, semua barang ada pada posisinya.
Berpikir bahwa itu hanyalah sebuah halusinasi, Tante Selvy pun melanjutkan sholat Tahajjudnya. Ketika dia hendak melakukan takbir, sekejap bulu kuduknya berdiri. Alangkah kagetnya ia ketika melihat bayangan orang besar bermata merah berdiri di belakangnya (bayangannya terpantul di cermin sehingga tanteku mampu melihatnya). Tante Selvy berusaha menghiraukannya dan dia melakukan sujud sambil ber-istighfar dalam hati.
Ketika dia hendak berdiri lagi setelah sujud, dia dikejutkan kembali oleh kehadiran sepasang kaki tak berbadan, berjalan tepat di depan matanya. Air mata Tante Selvy mulai menetes karena dia sangat ketakutan. Ia segera menyelesaikan sholat tahajjudnya dan beranjak ke tempat tidur sambil melafadzkan surat-surat Al-Qur`an yang dia ketahui.
Pagi harinya ketika aku terbangun, Tante Selvy menceritakan semua yang terjadi padanya semalam. Dia juga bercerita bahwa ketika dia hendak membangunkanku, ada bayangan orang besar yang berdiri tepat di sebelahku yang tertidur. Kemudian, di hari-hari berikutnya, kalau Tante Selvy sedang sholat tahajjud, aku pun bangun dan menemaninya untuk sholat.
Sekarang, Tante Selvy sudah lulus dan melanjutkan pendidikannya di Jakarta. Akupun masih tinggal di Malang (sekarang duduk di kelas 2 SMA) dan masih teringat tentang Rumah Sebelah. Sampai saat ini, gangguan di Rumah Sebelah masih berlanjut meskipun sudah diadakan pembacaan doa. Aku berpendapat bahwa mereka sudah betah tinggal di sana dan tak mau diusir. Semoga keberadaan mereka tidak mengusik kami.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori cerita seram
dengan judul penghuni rumah sebelah. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://ceritahantuindo.blogspot.com/2012/07/penghuni-rumah-sebelah.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Ako Ambardi -
Belum ada komentar untuk "penghuni rumah sebelah"
Posting Komentar