Hai, aku Chandra dari Bali. Ini cerita kedua yang aku kirim setelah "Penunggu Perpustakaan".
Kejadian ini aku alami dua tahun lalu saat aku masih kelas 2 SMA. Waktu itu aku pulang agak sore setelah ektrakurikuler. Waktu akan pulang aku baru sadar kunci motorku di bawa temanku yang kuajak berangkat tadi pagi dan kebetulan baru saja dia berangkat ke Jember menemani orang tuanya yang ada urusan bisnis. Terpaksa aku menunggu ayahku membawakanku kunci serep. Tidak lama kemudian ayahku datang, aku cepat-cepat keluar sekolah dan mengambilnya. Ketika aku bersiap-siap pulang, untuk kedua kalinya ponselku jatuh ke got. ==`
Aku tidak berani pulang karena takut dimarahi dan akhirnya diam di sekolah dan memperbaiki ponselku. Kebetulan saat itu masih ada beberapa teman laki-lakiku yang masih tinggal di sekolah. Sebut saja mereka Krisna, Setiawan dan Wirang. Kami menikmati sore itu hingga waktu menunjukkan pukul 18.26 wita. Suasana mulai berubah menginjak jam rawan makhluk halus itu. Dan kami berempat seolah lupa dengan sekolah kami yang setiap hari tertentu menjadi tempat berkumpulnya makhluk halus.
Angin mulai bertiup kencang, anak-anak luar yang bermain sepak bola di lapangan sekolahku berhamburan pulang dengan panik seperti lari dari sesuatu. Semakin lama angin semakin kencang. Penunggu sekolah yang lain telah raib dan hanya tinggal kami berempat. Entah peringatan apa ini, jantungku mulai berdebar, merespon bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Aku memalingkan pandanganku ke arah Krisna, temanku yang memiliki indra keenam sama sepertiku, hanya saja kemampuannya melebihiku. Kulihat dia berjongkok dan menutup kedua telinganya.
Kami pindah dari podium ke parkiran atas bersiap untuk pulang. Angin bertiup semakin menjadi-jadi. Aku merasa kepalaku berputar dan detak jantungku semakin keras. Aku melihat Wirang dan Setiawan santai-santai saja seperti tidak ada apa-apa. Akhirnya aku hanya terfokus pada Krisna, di parkiran atas dia kembali berjongkok, tapi kali ini berbeda. Ekspresinya seperti orang emosi, dia menutup rapat kedua telinganya dan bibirnya mengeluarkan suara seperti mendesis.
Dia bangkit lalu berseru, "Pulang, pulang, pulang!"
Aku memegangi jantungku yang tidak karuan dan bulu kudukku yang meremang. Aku mendekati Krisna dan menepuk pundaknya. "Tenang, Kris," ucapku ditengah kebingunganku. Mata Krisna berubah merah darah saat itu. Pikiranku dan Krisna hampir tak terkendali hingga Wirang dan Setiawan menyadarkan kami untuk berpikir menggunakan logika.
Setelah lebih tenang, aku merasakan kehadiran sesuatu. Aku melihat ke sekeliling sekolah. Samar-samar sosok seperti nenek-nenek berambut panjang, memakai kamen yang sepertinya selutut, berkuku panjang, memiliki taring, dikelilingi sinar merah seperti api, dan memegang kain kafan melintas dalam jarak yang tidak jauh dariku, lalu disusul bayangan aneh lain yang satu-persatu menuju ke lapangan sekolahku. Sepertinya aku tahu apa itu, tapi aku enggan mengatakannya karena takut dugaanku salah. Dan akhirnya kami menuruti kata-kata Krisna dan pulang untuk menghindari bahaya.
Keesokan harinya kami berkumpul lagi. Krisna mengatakan kemarin dia mendengar suara, "Pulang, pulang sekarang, kami akan berkumpul di sini. Kalau kalian tidak pulang, maka kalian akan kami bawa ke alam kami". Krisna menuturkannya dengan serius mengingat kemarin hampir saja kami mengalami sesuatu yang fatal resikonya. Krisna mengucapkan beberapa kata lagi sehingga aku yakin bahwa sosok yang kulihat samar-samar itu adalah sosok yang sama dengan yang didengar dan dilihat Krisna dengan sangat jelas. Sosok yang tidak lain adalah Leak!
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul Peringatan. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://ceritahantuindo.blogspot.com/2012/05/peringatan.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Ako Ambardi -
Belum ada komentar untuk "Peringatan"
Posting Komentar